« Home | Romantis Tidak Harus ke Paris »

Mengintip Perpustakaan Anak di Belanda


Warna-warna ceria menghiasi dinding, rak buku dan karpet pada satu bagian ruang di setiap perpustakaan di Belanda. Ruang istimewa ini terlihat kontras dengan ruangan lain yang ditata lebih serius sesuai isinya, ruang yang berisi buku-buku untuk orang dewasa. Ya, karena ruangan ceria tadi dibuat khusus untuk anak-anak.

Selain rak buku dan karpet, ruang buku anak-anak ini juga dilengkapi meja-meja serta kursi-kursi ukuran mini. Juga pernak-pernik berupa gambar-gambar atau boneka-boneka. Di salah satu sudut ruang terdapat satu kursi ukuran "orang dewasa" yang dikelilingi kursi-kursi mungil. Di situlah tempat anak-anak yang datang ke perpustakaan untuk mendengarkan dongeng dari buku yang dibacakan oleh guru atau petugas perpustakaan.

Sejarah perpustakaan anak di Belanda dimulai tahun 1912 ketika kota-kota besar, salah satunya Amsterdam, mulai memisahkan kategori buku anak-anak dalam satu ruang terpisah. Mulai tahun 1957 pengelolaan perpustakaan dan buku anak-anak mulai dilakukan serius. Sejak 1975 keanggotaan perpustakaan untuk anak-anak dibebas-biayakan, walaupun pada tahun 1987 peraturan ini sempat dihentikan. Koleksi buku anak di Koninklijke Bibliotheek atau Perpustakaan Nasional Belanda pada tahun 2002 mencapai 125.000 judul, termasuk buku-buku tua seperti buku ABC untuk belajar membaca dan Kitab Suci yang ditulis khusus untuk anak-anak. Koleksi ini dikumpulkan di satu Museum Buku Anak.

Buku anak di Belanda dikelompokkan berdasarkan umur dan subjeknya. Target pembacanya berusia 0-18 tahun, yang keanggotaan perpustakaan dan peminjaman bukunya gratis. Buku kategori A ditujukan untuk anak yang baru pertama kalinya memegang buku, yaitu usia 0-9 tahun. Buku dalam kategori ini dihiasi ilustrasi yang lucu dan menarik dan belum banyak mengandung cerita ataupun huruf. Kategori B untuk anak berusia 9-12 tahun. Dan kategori C untuk anak berusia 12 tahun ke atas. Selain itu ada juga kategori J, untuk buku-buku yang berisi segala informasi tentang ilmu pengetahuan, sosial dan segala aspek kehidupan.

Di perpustakaan, anak-anak tidak hanya bisa meminjam buku, majalah, CD, DVD film anak-anak atau audio book tapi juga dapat menggunakan komputer untuk internet, mencari informasi dari berbagai referensi dan melihat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh perpustakaan.

Untuk memancing minat membaca anak, setiap tahun diadakan kegiatan yang melibatkan buku dan anak. Berbagai penghargaan diberikan untuk buku anak dari berbagai kategori umur. Penghargaan itu antara lain Gouden Griffel untuk buku terbaik dari pengarang lokal dan Zilveren Griffel untuk buku terbaik dari pengarang lokal maupun luar negeri. Selain untuk pengarang diberikan juga penghargaan untuk ilustrator terbaik, yaitu Gouden dan Zilveren Penseel. Buku-buku yang tidak mendapat penghargaan tapi layak dibaca dimasukkan dalam daftar tertentu. Pengumuman pemenang dilakukan pada saat berlangsungnya Kinderboekenweek atau Pekan Buku Anak. Pada pekan ini setiap anak yang membeli buku dengan harga tertentu mendapat hadiah satu buku dari pengarang tertentu. Penjurian untuk penghargaan ini dilakukan oleh satu organisasi yang bernama Stichting Collectieve Propaganda van het Nederlandse Boek atau Organisasi Publikasi Buku Belanda. Organisasi ini, bekerja sama deangan berbagai badan dan perpustakaan umum di Belanda, juga mengkoordinir semua aktivitas yang berkaitan dengan buku dan aktivitas membaca.

Sejak tahun 1977 ada kegiatan yang dinamakan Kinderjury (Juri Anak-anak), yakni penghargaan buku yang penjuriannya dilakukan oleh anak-anak sendiri. Sebelumnya penjurian sama seperti penghargaan Griffel, penjurian dilakukan oleh orang dewasa, hingga datang dari serang anak sebuah surat protes terhadap sistem yang ada: toh buku anak ditujukan untuk anak, kenapa jurinya harus orang dewasa? Maka dibuatlah perubahan. Badan seleksi hanya perlu menyeleksi beberapa buku yang nantinya dipilih oleh anak-anak. Untuk menjadi kinderjury cukup mudah, hanya perlu datang ke perpustakaan, mendaftarkan diri dan meminjam buku yang telah diseleksi. Bila telah selesai membaca, si anak boleh memberi penilaian buku mana yang layak menjadi pemenang.

Cara lain untuk merangsang minat membaca anak adalah Nationale Voorleesdagen atau Pekan Membaca Nasional. Kegiatannya antara lain pembacaan cerita untuk anak di perpustakaan atau sekolah oleh orang terkenal seperti artis, penulis, politikus dan orang terkenal lainnya dan lomba membacakan cerita yang dimulai dari tingkat sekolah, propinsi dan nasional.

Dari berbagai kegiatan tersebut diharapkan minat membaca anak mulai tumbuh sejak usia dini di Belanda. Bagaimana dengan Indonesia? Semoga dari artikel ini muncul ide dan inspirasi untuk mengembangkan minat baca anak Indonesia.*** (rwidiani)

Referensi: Allemaal letters (Jacques Vos, Alfons van Heusden) dan berbagai sumber
Foto: perpustakaan anak Bemmel

*** dimuat di bz.blogfam edisi Maret 2006